ADS

Sunday, November 21, 2010

Kesempatan dalam kesempitan (1)

Karena merasa banyak ketidakcocokan, sebelum genap 2 tahun usia perkawinan Ryan dan Yenni, mereka telah mengakhiri perkawinannya dengan bercerai. Berbagai upaya yang dilakukan kedua orang tua mereka agar perceraian itu batal sia-sia. Mereka tetap kukuh dengan keputusannya.

Walaupun mereka telah lama saling kenal dan berpacaran sejak kuliah dulu, Ryan dan Yenni adalah pasangan muda yang sama-sama masih labil dan mudah terbawa emosi. Ryan sendiri adalah seorang pegawai negeri di sebuah instansi pemerintah daerah yang memiliki karir dan masa depan yang cerah. Begitu pula Yenni yang bekerja sebagai karyawati di sebuah bank BUMN di kota itu.

Orang tua Ryan adalah pengusaha yang sukses, begitu juga Yenni, ayahnya seorang pejabat teras di lingkungan pemerintahan daerah itu. Mereka terbiasa hidup sebagaimana lingkungan kelasnya yang kelas menengah atas, yang serba ada dan bisa dalam hal material maupun moril.

Setelah melalui proses yang cukup alot, maka Ryanpun menjatuhkan talak tiga kepada Yenni. Ada rasa sesal jauh di lubuk hati mereka, namun jalan itu harus ditempuh karena sama sama tidak ada yang mau kalah. Padahal sesungguhnya awal penyebabnya hanya sepele, Ryan ingin memiliki anak, sementara Yenni merasa belum siap dan menundanya.

Dulu, saat berpacaran, mereka adalah sejoli yang membuat iri rekan sejawatnya. Ryan yang masih berusia 26 tahun adalah pria yang ganteng dan Yenni yang 24 tahun terkenal sebagai kembang kampusnya karena kecantikkannya. Ryan harus berjuang keras menyisihkan para pesaingnya untuk bisa merebut hati Yenni.

Setelah resmi bercerai Yenni kembali kerumah orang tuanya dan Ryanpun balik kerumah ortunya. Yennipun telah berubah status menjadi janda kembang tanpa anak. Predikat itu membuatnya nyaman dan tidak nyaman. Sering ia digoda atau di rayu rekan oleh para pria di kantornya. Mereka, baik yang masih bujangan maupun yang telah bekeluarga ingin sekali bisa mengajak Yenni untuk kencan.

Setidaknya Yenni harus berbesar hati saat ia menyadari bahwa ia masih muda dan cantik yang ditunjang postur tubuh serta wajah yang mudah mengundang para laki-laki untuk mendekatinya.

Secara rutin Yenni rajin ikut perawatan kecantikan dan senam kebugaran tubuh, sehingga ia selalu nampak sehat sekaligus amat sensual berkat kecantikannya tersebut di atas.

Selama ini Yenni bisa menjaga diri dan tidak mempedulikan godaan rekan-rekan prianya. Dia tetap seorang perempuan yang bebas dan tidak terganggu oleh adanya berbagai gunjingan di lingkungan kerjanya.

Sebelas bulan setelah perceraian, secara tak sengaja Yenni bertemu Ryan di sebuah plaza di kotanya.

"Hai.. Yenn.. ", Sapa Ryan.
"Hai.. Juga.. ", jawab Yenni agak gugup..
"Lagi ngapain disini Yan?", tanya Yenni menutupi kegugupannya.
"Ooo.. Sedang jalan-jalan aja", jawab Ryan.

Lalu mereka bersalaman dan berbincang seperti teman lama. Pada sebuah cafe mereka singgah dan saling berbincang tentang keadaan masing-masing selama ini. Ada keharuan yang dalam yang mereka rasakan dalam pertemuan itu. Bagaimanapun mereka pernah hidup bersama sebagai suami istri dan sudah demikian lama pula mereka berpacaran sebelum menikah.

Semenjak pertemuan itu, Ryan dan Yenni selalu berkomunikasi lewat telpon dan kadang-kadang mereka buat janji untuk ketemu. Dalam suatu pertemuannya, Ryan mengusulkan kepada Yenni untuk rujuk kembali sebab ia telah lelah dengan keadaannya saat ini dan Yennipun sama dengannya.

"Tapi.. Kita kan sudah talak tiga Yan?", kata Yenni saat itu.. "Apa mungkin kita bisa rujuk?", timpal Yenni.
"Bisa aja Yenn.. Tapi jalannya berat dan panjang.. ", jawab Ryan.
"Menurut ketentuan kamu harus menikah dulu dengan orang lain untuk menghapus talak tiga itu. Kemudian kamu kembali bercerai. Sesudah itu barulah kita bisa rujuk kembali".
"Wah berat juga.. Tapi aku coba minta pendapat orang tuaku dulu ya Yan", kata Yenni.
"Oke.. Baiklah", jawab Ryan sambil menggenggam mesra tangan Yenni.

Setelah dirundingkan dengan ayah dan ibunya orang tua Yenni merestui maksud anaknya itu. Namun ia harus mencari seseorang yang mau untuk menikahi putrinya untuk sementara. Bagi mereka soal biaya tidak masalah. Atas masukan dari sopir pribadi ayah Yenni, maka dipilihlah seorang lelaki separo baya yang juga merupakan tetangga sopirnya itu, namanya Pak Daud. Seorang duda yang ditinggal mati istrinya sejak 7 tahun yang lalu. Umurnya 59 tahun, sepantaran ayah Yenni. Pekerjaannya adalah seorang buruh panggul di terminal kota. Orangnya dikenal jujur dan setia.

Dia menerima tawaran keluarga Yenni untuk menjadi suami anaknya selama 3 hari dengan janji selama itu dia tidak akan menggauli Yenni walaupuin statusnya sah selaku suaminya. Orang tua Yenni sama sekali tidak khawatir pada orang setua Pak Daud ini. Keluarga Yenni yakin bahwa Pak Daud akan mematuhi kesepakatan dan tidak akan menjamah putrinya. Untuk itu ayah Yenni memberikan imbalan uang yang cukup besar. Tiga puluh juta rupiah untuk Pak Daud, artinya untuk hidup 5 tahun ke depan Pak Daud tak perlu lagi jadi kuli panggul di terminal kota.

Sesuai kesepakatan dari orang tua Yenni dan Pak Daud maka, dilaksanakanlah akad nikah itu di rumah orang tua Yenni. Sebelum akad nikah terlaksana, Pak Daud lebih dulu diperkenalkan dengan Yenni dan mereka bersalaman. Itulah pertama kalinya Pak Daud melihat Yenny calon pengantinnya yang sangat cantik. Pak Daud merasakan betapa halusnya tangan Yenni. Ia juga melihat wajah Yenni yang sangat cantik bak bidadari. Calon pengantinnya ini seperti bumi dan langit, secara lahir batin sama sekali tidak sebanding dengannya. Pak Daud jadi amat mengagumi sosok Yenni dan tak lepas-lepasnya matanya memandanginya. Dia tak pernah membayangkan bahwa dalam hidupnya yang sehari-harinya sebagai kuli panggul yang penuh derita dunia akan pernah menikahi seorang dewi macam Yenni yang sekarang telah berada di depan haribaannya serta siap untuk dinikahinya.

Sementara itu Yenny juga memperhatikan kehadiran Pak Daud calon 'suaminya' itu. Dalam hatinya dia mentertawakan dirinya, kenapa dia mesti mengalami lelucon hidup macam ini. Pada awalnya Yenni membayangkan berpikir bahwa Pak Daud akan tampil seperti sosok seorang ayah yang hendak menolong dan melindunginya. Namun kini dia menyaksikan sosok seorang lelaki dalam arti sesungguhnya. Pak Daud dengan usianya yang 59 tahun belum nampak sebagaimana lelaki tua dan jompo.

Dari balik kemeja dan jas yang pinjaman dari ayahnya, Yenni bisa merasakan bahwa Pak Daud masih memiliki tubuh yang sehat dan kekar. Latar belakangnya yang kuli panggul itu membuat tubuhnya menjadi nampak gagah dan tegap. Wajahnya hitam dan berkilat sangat menggambarkan kehidupannya yang penuh kasar dan keras. Dan ke-lelakian Pak Daud kali ini sangat nampak pada matanya yang sejak dia mulai berhadapan dengannya tak pernah lepas-lepasnya memperhatikan dia. Yenni merasa sangat risih dengan pandangan Pak Daud ini. Dia seperti sedang dikuliti hingga telanjang olehnya.

Matanya yang nampak kemerahan itu semacam menyimpan dendam. Ah.. Yaa.. Macam dendamnya syahwat birahi. Sepertinya dia hendak menelan bulat-bulat tubuhnya. Yenni agak menyesal dengan pilihan dandanannya. Semula dia ingin nampak cantik di depan para tamunya. Tetapi rupanya jadi boomerang, dandanannya yang membuat dirinya nampak sangat cantik dan sensual ini telah membuat Pak Daud terpesona. Sekarang Yenni merasa ngeri. Dia membayangkan seandainya Pak Daud mengingkari kesepakatannya dan dia tak mau menceraikannya. Lelaki yang kuli panggul hitam, keras dan kasar ini akan berpesta dengan melahapi bagian-bagian tubuhnya yang indah dan serba halus lembut ini. Darah Yenni bergidik membayangkan hal itu.

Kembali ke Pak Daud, apa yang kini dihadapinya ini sangat menggetarkan jiwanya. Sebagai seorang lelaki yang sehat dan normal, apa yang dia saksikan saat ini telah menyentuh kemudian menggoncangkan hasrat ke-lelakian-nya. Setiap kali matanya memandangi Yenni, darahnya berdesir. Jantungnya berdegup kencang dan bibirnya sepertinya hendak bicara, mengatup dan membuka pelan. Yaa.. Dia memang sedang berbicara.

Dia berbicara kepada hatinya sendiri, "Aku harus tidur dengan istriku ini. Aku berhak untuk tidur dengannya sebelum menceraikannya", begitulah Pak Daud telah mengukirkan ketetapannya dalam hatinya.

Sesudah semua persiapan telah lengkap dan Penghulu dari KUA hadir, ijab kabul di laksanakan secara sederhana di rumah itu dengan dihadiri oleh kedua orang tua Yenni dan 2 orang saudaranya sebagai saksi-saksi. Dengan lancar Pak Daud mengucapkan ijab kabul itu, lalu sebagaimana yang seharusnya dan secara rutin dilakukannya sebagai bagian dari tugasnya, Pak Penghulu memberikan nasehat kepada mempelai. Dia membacakan apa yang tertulis pada buku nikah tentang Hak dan Kewajiban Pak Daud dan Yenni sebagai suami istri. Pak Daud harus menafkahi Yenni selaku istrinya secara lahir ataupun batin. Dan Yenni harus menunjukkan kesetiaan serta memberikan pelayanan kepada Pak Daud selaku suaminya.

Dan akhirnya resmilah Yenni sebagai istri Pak Daud meskipun untuk sementara. Setidak-tidaknya Pak Daud bersama Yenni akan sepenuhnya berstatus suami istri selama 3 hari sebelum Pak Daud menceraikannya.

Sepanjang upacara ritual itu pikiran Pak Daud tak lepas-lepasnya dari kecantikan Yenni 'istrinya'. Dia sempat meraba selangkangannya. Bayangan nikmatnya meniduri Yenni membuat kemaluannya menyesak dan terasa sakit dalam celananya. Tangannya sempat meraba selangkangannya untuk membetulkan arah kontolnya agar mengurangi rasa sesak dan sakitnya.

Setelah acara makan bersama dan Pak Penghulu serta tamu-tamu yang hadir pulang, maka yang tinggal diruangan makan itu hanyalah Pak Daud dan Yenni. Orang tua Yenni kekamarnya untuk berganti pakaian. Daud memandang Yenni yang duduk berhadapan di meja makan saat itu. Dia tengah berpikir bagaimana cara menyampaikan hasratnya kepada Yenni. Dia menyadari bahwa itu artinya dia membuat masalah. Dia akan mengingkari kesepakatan yang telah dibuatnya, yaitu, tidak akan menggauli Yenni. Namun dia juga melihat adanya peluang sebagaimana sumpah yang telah diucapkan di depan Penghulu tadi, bahwa dia harus menafkahi Yenni selaku istrinya secara lahir ataupun batin. Dia adalah suami yang memiliki Kewajiban dan Hak.

Mata Daud tak juga lepas dari perhatiannya kepada Yenni yang kini telah resmi sebagai 'istrinya' itu. Hatinya terus bicara, alangkah mulus dan cantiknya Yenni 'istriku' ini. Dia sudah bulatkan tekadnya. Dia akan merasakan kehangatan tubuh Yenni, karena saat itu Yenni syah sebagai istrinya. Dia akan menggaulinya sebagaimana seorang suami pada istrinya. Dia akan melahapi bagian-bagian sensual tubuh Yenni. Dia akan melumati bibirnya. Dia akan menjilati lehernya. Dia akan mengecupi dan membuat cupang-cupang pada dadanya, payu daranya, pentil-pentlnya, tulang rusuknya, pinggulnya, perutnya, selangkangannya, pahanya, betisnya.. Uuucchh.. Pokoknya tak akan ada yang terlewat dari pagutan, ciuman maupun jilatannya.

Dia akan sepenuhnya menikmati tubuh Yenni hingga datang saatnya dia menceraikannya nanti. Dia punya waktu 3 hari. Selama itu dia tak akan pergi keluar dari kamarnya. Dia akan terus mengeloni Yenni yang sangat cantik ini. Bahkan mungkin dia bersama Yenni tak sempat untuk menutupi tubuhnya dengan busananya. Dia akan terus telanjang dan selalu siap untu melakukan hubungan sebagaimana suami istri adanya. Dia akan minta para pelayan orang kaya ini untuk menyiapkan kebutuhan makan dan minumnya di kamarnya. Hasrat syahwat birahi macam itulah yang membulatkan tekad dan memperkuat nyali Pak Daud untuk bertindak sebagai lelaki yang telah menjadi suami Yenni.

Lalu ia berkata, "Zus Yenni.. Zus dengar kata-kata penghulu tadi khan? Bahwa suami berhak atas tubuh istrinya untuk menggaulinya..?!", kata Pak Daud pelan tetapi jelas dan tajam seperti pisau silet.

Yenni memandang heran dan tidak percaya mendengar omongan Pak Daud barusan. Perasaan aneh bercampur kaget bercampur lagi dengan ngeri yang kemudian disusul dengan darahnya yang bergidik dan tubuhnya menggigil gemetar mendengar suara yang keluar dari mulut Pak Daud tadi.

No comments:

Post a Comment