ADS

Saturday, November 27, 2010

Menjelang lebaran 10 tahun yang lalu

Perawan Ida
Kakak Sepupuku

Suatu hari minggu menjelang lebaran 10 tahun yang lalu, saat itu usiaku masih 24 tahun. Diatas bis antarkota saat pulang dari kampungku di S kota kabupaten di jawa-tengah, tak sengaja aku bertemu dengan seorang sepupuku, Ida yang baru lulus dari sebuah SMA swasta. Ida adalah seorang gadis pemalu dan berjilbab rapat. Tubuhnya yang langsing dan kulitnya yang putih mulus hanya terlihat dari wajah dan punggung tanggannya saja. Saat itu ia terlihat habis menagis, dan bilang mau pergi dari rumahnya, karena bertengkar dengan ibunya. Tujuannya ke rumah budhe, kakak tertua dari keluarga orangtua kami. Sebenarnya aku hanya iseng saja ketika menawarkan dia untuk ikut aku ke Jogja, karena saat itupun uang sakuku telah menipis setelah aku dapat cuti dari tempat kerjaku. Kesediaanya ikut aku ke jogja malah membuat aku bingung, tetapi karena sudah terlanjur menawarkan akupun malu untuk membatalkannya.
Sampai ditempat kosku sudah jam 8 malam, yang tinggal saat itu hanya aku karena semua penghuni kos yang seluruhnya mahasiswa sedang pulang kampung karena libur lebaran, sedangkan ibu kost setelah menerima uang kontrakan biasanya tak akan nongol sampai tahun berikutnya. Suasananya cukup gelap karena tidak satupun kamar yang lampunya menyala. Setelah membersihkan diri kamipun istirahat karena kelelahan setelah perjalanan. Kami istirahat dalam satu kamar karena tidak memegang kunci kamar teman-temanku. Sepupuku tidur dengan tetap memakai jilbabnya.
“wah nggak ada anak lain nich, aku nggak bisa tidur di kamar lain” kataku, tanpa tendensi apapun.
“nggak apa-apa mas kamu tidur disini saja” jawabnya.
Pada tengah malam sepupuku merintih-rintih karena sakit flu tulang bawaan sejak lahir kambuh.
“Aduh gimana nich” kataku kebingungan.
“Paling karena dingin mas, biasa kok nggak apa-apa”
“Pasti juga karena kamu kecapaian. oh...ya! aku nyalakan kompor listrik saja biar hangat”
Akupun menyalakan kompor listrik yang kumiliki untuk menghangatkan ruangan, dan mencoba memijit kakinya agar peredaran darahnya lancar mengalir.
“iyaa.. mas terima kasih”
Karena kecapaian akupun tertidur kembali. Menjelang pagi kembali sepupuku merintih kesakitan karena bingung bagaimana caranya agar lebih hangat sementara mataku enggan untuk membuka, akhirnya aku menindih tubuhnya didalam selimut tebal sampai aku merasa kegerahan, tetapi saking capekku akupun ketiduran.
Esoknya aku bangun masih diatas tubuhnya, aku merasa tidak enak dan minta maaf.
Tapi sepupuku hanya tersenyum penuh arti.

****

Pulang kerja agak terlambat karena pekerjaan yang aku tinggalkan selama cuti tidak ada yang mengurus, maklum perusahaan kecil yang setiap tanggung-jawabnya hanya dibebankan kepada satu orang. Sepupuku tidak bisa tidur karena takut suasana kost yang sepi. Setelah makan malam aku membersihkan diri dikamar mandi, terus tidur. Karena hanya ada satu kasur di kamarku yang berukuran 4x3 meter itu, sepupuku dari kemarin tidur disampingku. Namun menjelag tengah malam kembali dia menggigil kedinginan. Segala usaha yang aku lakukan kemarin malam sudah aku lakukan tetapi tidak membuahkan hasil.
“Gimana nich, aku bingung sekali” kataku
“Nggak tahu mas, nggak biasanya begini”
“Coba buka bajumu”
“Kenapa mas”
“Aku gosok dengan minyak angin”
Ida diam saja, tetapi aku mencoba membuka kancing baju atasnya. Tak ada reaksi menolak dari Ida. Kubuka satu persatu kancing bajunya. Ida memiringkan badannya membelakangiku. Kulit punggungnya yang mulus sekarang terlihat begitu jelas Aku mulai menggosok dari punggungnya. Kuratakan dipermukaan kulit halusnya. Aku mengira jika perut dan dadanya juga aku beri minyak angin pasti kehangatannya akan merata. Tapi aku tidak berani dan aku suruh dia sendiri yang menggosokkanya.
Menjelang pagi efek dari minyak angin mulai mereda sehingga Idapun merintih-rintih lagi. Karena mengantuk akupun berusaha menghangatkan badanya dengan menindihnya kembali di bawah selimut. Namun betapa kagetnya aku karena rupanya dia lupa mengancingkan bajunya sehingga kulit perutku bersentuhan dengan kulit perutnya. Karena belum perna merasakan sentuhan yang demikian kantukkupun sedikit demi sedikit mulai hilang. Rasa hangat mulai merayapi tubuhku. Menjelang subuh aku semakin terbakar birahi. Sambil memejamkan mata dan pura pura mengantuk, dengan nakal kucoba untuk mencium pipi sepupuku yang manis itu. Dia tidak bereaksi apa apa. Kucoba mengintip dengan membuka sedikit mataku, tetapi rupanya dia melihatku lalu tersenyum manis.
Akhirnya akupun memberanikan diri untuk mencium pipinya dengan lebih lugas. Karena tak ada reaksi akupun mencoba menngecup bibirnya, ketika aku berusaha mengulum lidahnya dia mulai bereaksi, tidak..tidak dia mulai bereaksi untuk mengimbangi kulumanku. Gigitannya terasa tidak terlalu nyaman, mungkin karena kami belum pernah melakukannya. Aku berusaha menciumi seluruh wajahnya dan mulai turun ke lehernya “Nggghhhhh” dia hanya melenguh tanpa berusaha menolak.
Akhirnya dadanya kusapu dengan lidahku sampai rata, aku berusaha menarik sedikit kutang kecilnya, mungkin ukurannya hanya 32 atau kurang aku tidak tahu. Susunya masih terlalu kecil untuk ukuran anak 16 tahun. Namun kulit mulusnya dan puting cokelatnya yang kelihatan mungil semakin menambah gairahku. Akhirnya kulumat kedua putingnya dengan beha masih menekan bagian bawah teteknya.
“Mpphhhh. massshhhh”
Ida hanya mengeluh saja.
Dari putingnya aku mulai turun ke perutnya. Dia sedikit menggelinjang ketika lidahku menyapu pusarnya yang indah. Puas dengan pusarnya akupun menurunkan lidahku menuju bukit kecil yang masih ranum. Bulunya masih sangat lembut sehingga hampir tak terasa keita kau menyapukan wajah dan lidahku diatas belahan yang memerah. Pantat Ida sedikit terjungkit keatas ketika lidahku melewati kelentitnya yang mungil. Aku mencoba memainkan kelentit itu dan Ida semakin tinggi mengangkat bokongnya dan membuka lebar-lebar pahanya sehingga tampaklah pemandangan yang sangat menakjubkanku yang selama ini hanya bisa aku bayangkan setelah nonton Kaset Porno(maaf saat itu belum ada VCD).
“Enghhhhh......” Ida kembali melenguh panjang ketika ujung jariku menempel di bibir bawahnya yang begitu lembut. Selembut tindak-tanduknya selama ini.
Aku semakin tak kuat menahan nafsuku. Aku kembali menindihnya kali ini dengan posisi paha Ida yang mengangkang. Aku berusaha memasukkan kontolku yang sudah setegang gada ke dalam tempik Ida, tapi saat kontolku mulai menempel bibir kemaluannya dia terjingkat.
“Jangan mas” teriaknya
“Aduh aku tanggung niich” aku kebingungan
akhirnya aku ingat film porno yang pernah kulihat. Akupun membalikkan badan menjadi posisi 69 kusorongkan kontolku ke mulutnya. Dengan jijik dia mengulumnya, tetapi karena Ida juga terbakar nafsu, maka diapun berusaha menikmatinya.
“Aduh Sakit” teriakku ketika giginya mengenai helm kontolku.
“Habis gimana” tanyanya
“Diemut aja “ kataku
“Mphhh...... ennggg.... aaahhhh......” aku menggelinjang-gelinjang ketika mulutnya mulai mengemut kontolku yang panjangnya sampai 16 cm itu. Ida mulai memainkan lidahnya. Aku berusaha memaju mundurkan kontolku layaknya orang bersenggama.
“Arrkkkhhh.......” tak sampai dua menit akupun kelojotan. Karena bingung aku menggigit-gigit kelentit mungilnya selama serangan orgasme menyelimutiku. Akhirnya Idapun juga mengerang-erang sehingga spermaku yang keluar di dalam mulutnyapun tertelan tanpa sengaja.
“Ahhh... hemmmmppphh terusss... mass.... enaaaaakkkkhhhh”
aku kasihan melihatnya meskipun lemas karena orgasme akupun meneruskan menggigit kecil kelentitnya ku raba-raba lubangnya sampai...
“Ooohhh.......Henggkkkkkkkkeehh...” diapun melemparkan tubuhku kesamping. Segera aku kembali ke kasur dan memeluknya dengan erat. Terima kasih sayang kataku. Ida hanya diam saja, namun wajahnya nampak berseri-seri.

***

Malam ketiga Ida tinggal di kamarku, mulai terasa mesra dan bergairah. Sehingga sejak sore saat tidur, kamipun sudah mulai berpelukan. Mungkin tahu aku masih capek ida tak menggangguku. Tetapi baru jam 21.00 aku terbangun karena tanganku yang memelukknya mulai kesemutan. Aku berusaha menarik tanganku dengan hati-hati, tetapi rupanya Ida merasa dan akhirnya membuka matanya. Melihat wajahku didepan matanya dia menampakkan senyum manis. Barisan giginya yang rapi dan bibir sensualnya mengundangku untuk kembali mengulumnya. Akupun segera menggigit kecil bibirnya. Kubuka mulutnya dengan menyumpalkan lidahku diantara kedua bibirnya diapun mengeluarkan lidahnya. Aku bermain dengan lidahnya sejenak setelah puas aku mencari belakang kupingnya. Disinilah kelemahannya kemarin.
“Uhhh.....” begitu lidahku menyentuh belakang kupingnya diapun melenguh. Suaranya menggairahkanku. Sambil kuciumi lehernya, aku berusaha menarik Bhnya ke bawah. Kali ini dia lebih pengertian, dibukanya ikatan behanya.Rupanya sekarang dia memakai beha dengan ikatan di depan. Mungkin mengingat kemarin terlalu susah untuk dibuka. Begitu susu kecilnya nongol akupun serta merta menubruk puting coklat muda itu dengan bibirku.
“Mpphh ohh..ohh..”
“Esshhhh engggkkh ennaaak masss”
kali ini Ida mulai berani meracau.
Akupun tak ingin kehilangan ronde, 15 menit menelusuri susu, puting, perut dan pusar aku segera beralih ke bukit kecilnya. Tapi aku segera mengubah posisiku menjadi 69. Tahu yang kuinginkan diapun meraih kontolku.
“Mphh ummpp” kontolku yang berdiameter 5 cm itu menyumpal seluruh mulut mungilnya.
Aku segera mengemut kelentitnya kuselingi dengan gigitan kecil.
Pantatnya meloncat-loncat kecil dan bukaan pahanya semakin lebar. Aku berusaha memasukkan jariku ke lubang tempiknya yang sudah semakin basah. Terasa ada sesuatu yang menghambat. Lembut-lembut kenyal.
Ida terlonjak dan melepas kontolku sesaat.
“Janngannhh ... dimasssuukkaann masss” lenguhnya
“ Iya.. mmph.. aku janji”
Ida kembali ngemut kontolku.
“Ah... ssssttthhh...” aku kembali menggelinjang
“Teruss... sayaannggg ooohhh.... “
“mppphh... “ Ida hanya bisa bergumam.
Aku memaju mundurkan kontolku seperti gerakan bersengama, meskipun sesekali kontolku terkena gigi Ida, namun kenikmatan yang semakin memuncak membuatku lupa akan perihnya. Sejurus kemudian.
“Arrrkkkkhhhhh......” aku menggenjot semakin kencang.
”ooohhm... sssshhhhh” aku semakin tak terkendali. Sesekali kontolku terkena gigi Ida.
Akhirnya.
“Akkhhhuuu keluarrrr saaayaannnggg...... aahhhhh..” maniku akan segera muncrat. Ida berusaha melepas kontolku dari mulutnya tapi aku menekannya semakin kuat. Karena dorongan kenikmatan yang luar biasa aku tak terkendali lagi kontolku melesak mendekati tenggorokkannya. Kudengar Ida megap-megap tapi aku semakin tak perduli kuanggap itu erangan kenikmatan. Akhirnya bersamaan dengan muncratnya maniku ke mulut Ida aku mengenyot-enyot itil Ida. Dalam kesesakannya dia meronta-ronta membuatku semakin bergairah.
Setelah gelombang kenikmatanku habis aku kaget setengah mati. Kurasakan mulutku asin dan berbau amis berlepotan darah. Rupanya saat aku tak terkendali tadi jariku melesak semakin dalam ke lubang kenikmatan Ida. Tubuh Ida terguncang-guncang kusangka ia memang menangis entah karena apa, tersedak kontolku?, sakit? Atau tahu keperawannya sudah hilang?.
Aku segera mencabut kontolku dari mulutnya.
“Ughh.... Hueg.. hug..” Ida ingin muntah karena banyaknya mani yang masuk ke tenggorokannya.
“Huuu......” akhirnya tangisnya pecah setelah semua mani tertelan mulutnya. Aku segera memeluknya.
“Aku mau mengawinimu sayang” karena bingung kata itu yang keluar dari mulutku. Ida masih sesegukan.
“Aku mencintaimu” kuciumi wajahnya sampai tangisnya tinggal isakan-isakan kecil. Dan akhirnya diapun tertidur di pelukanku tanpa busana.

***

Menjelang subuh kurasakan sebuah ciuman menelusuri wajahku. Enggan karena kecapaikan semalam, aku membuka mataku. Kulihat senyum manis dibibir yang telah menggairahkanku semalam terkembang. Rupanya karena semalam tidak sampai puncak Ida menuntut pertempuran lanjutan. Tahu aku masih enggan Ida memulai serangan lain dengan menelusuri dadaku menuju perut dan berhenti sejenak dipusar.
“Ennggghhhh” meskipun enggan akhirnya erangan itu keluar juga. Mendengar itu Ida pun melanjutkan menuruni anatomi tubuhku menuju kelelakianku yang baru setengah berdiri. Dengan lebut diciumnya kepala kontolku.
“Oohhh....” ciumannya mengegetkanku sehingga membuat mataku terbelalak.
“Ohh... Nikmat sayannggg...” erangku. Ida menggoda dengan melepaskannya dan menatap wajahku dengan senyum. Kontolku akan segera layu, ketika tiba-tiba.
“MMppghh” Ida memegang kembali dan langsung memasukkannya kembali ke mulutnya.
“Jangan kena gigi lagi yaannnggg” erangku
“MMpphhgg” Ida cuma bisa menggumam karena mulutnya penuh.
Ida mulai mengeluar-masukkan kontolku ke mulutnya. Menjilat-jilat kepala kontolku dengan lidahnya dan memainkan lubang pipisku dengan ujung lidahnya. Sukmaku seakan terbang ke angkasa luar. Aku tak ingat berapa lama ia memainkan itu ketika ia menggulingkan aku untuk menindihnya. Aku menciumi wajahnya, lehernya turun ke putingnya, ketika ampai ke bibir bukitnya kurasakan sudah sangat basah.
“ngghhh sssshhhh....aaayyyyannnggg” Ida melenguh sambil sesekali menggelinjang.
Aku kembali ke wajahnya. Matanya tertutup rapat. Aku menindihnya. Mengarahkan kepala kontolku ke lubang sempitnya.
“Hegg...” matanya terbuka dan tubuhnya terlonjak. Aku kaget sejenak.
“Boleh...aku...” mataku memandangnya memelas.
“Sudah kamu ambil dengan jarimu kan?”katanya serius.
“Maaf...” ujarku
“Kamu sungguh mencintaiku?”
“Ya.. aku akan mengawinimu”
“kalau begitu.........” dia diam sejenak aku berharap.
“Pelan-pelan dulu yaa..!”Ida tersenyum manis meskipun matanya menyinarkan kekhawatiran.
“Ah...Aduh”jeritnya.
Aku menggosok-gosokkan kepala kontolku di bibir kemaluannya.
“Tempikmu semakin basah sayanggg”
“Iya tapi aku takut mas”
“Pelan aja ya”
Tapi karena hampir dua menit tak bisa masuk akhirnya aku memaksa agak keras.
“Aaaaa.....” Ida menggigit pundakku, dan mencengkeram kuat lenganku. Aku berusaha menusuknya lebih dalam lagi.
“Oohhh... Ohhh.. sssaakkkiiittt”erangnya
“tahan sebentar sayanggg”
Kepalanya bergoyang liar menahan sakit.
Akhirnya diiringi jeritan yang tertahan Ida, kontolku melesak sampai pangkalnya kurasakan tempik ida berdeyut-denyut menahan sakit. Aku berhenti sebentar.
Setelah Ida melepaskan cengkeraman tangannya, aku mulai memaju mundurkan kontolku. Sedikit-demi sedikit jalan kontolku semakin lancar.
“Enghh... ehhh... heeehh..”Ida mulai menikmati permainanku.
Dua menit berlalu tempik Ida semakin basah. Kutambah ritme kocokanku dan
“Maaassss......aaahhhhhhhh”Ida mengelinjang-gelinjang pantatnya bergerak tak teratur membuar kontolku serasa disedot-sedot.
“Akkhuuu...akhuuu...ooooohhhhhhh”dengan gerakan mengangkat bokongnya Ida memeluk pingganggku kuat-kuat hingga aku tak bisa bergerak.
“Nikmat sayang...oh..oh nikmat sayang” Ida meracau.
Setelah beristirahat sejenak dengan kontol masih terus menancap di tempiknya aku menggulingkan Ida untuk menindihku.
“Duduk sayang” kataku
“Aku takut”
“kenapa?”
“Sakit nggak?”
“Coba pelan-pelan”
“Auduh rasanya masih ngilu”
Ida mencoba duduk dan agak meringis-meringis
Setelah posisinya nyaman aku mendorong dan menarik pinggangnya agar kontolku keluar masuk tempiknya, tahu apa yang kumaksud Ida melakukannya sendiri. Kesempatan ini kugunakan untuk memelintir putingnya, mengusap susunya yang cuma segenggamanku, serta mengelus perut kencangnya yang putih mulus. Tak pernah kubayangkan tubuh sepupuku itu didalam jilbab rapatnya ternyata begitu indah dan nikmat. Ida mulai terangsang gerakannya kembali liar. Karena bisa mengatur kenikmatannya sendiri Ida kembali menjerit tertahan sambil goyanganya semakin liar.
“Uhh...oohhh masss”
“Iyaaahhh...sshhhh terusss... sayanggg” tapi
“Arrkkhhhhh........Heeeghhh” tubuhnya membanting memelukku erat sambil sesekali bokongnya menggelinjang-gelinjang menahan nikmat. Susunya sampai terlihat gepeng di dadaku.
“Ehhmmmm... kaammu belumm yaaa”
“Nggak apa-apa”meskipun rasanya sangat tidak nyaman tapi aku tak mau mengecewakannya.
“Ciumi susuku” pintanya
Tak kusia-siakan kesempatan itu
“Gigit putingnya” Aku menggigit kecil puting susunya yang coklat muda dan imut.
“yang keras dong engghhh...”
“He-eh”
“lebih kerasss... lagi sssssaayangghhh...”Ida kembali melonjak nafsunya setelah putingnya kugigit-gigit.
Kontolku masih tetap menancap di tempiknya yang semakin terasa berdenyut-denyut. Rasanya tempik itu semakin mengecil saja. Akhirnya dia berdiri dan menuju meja kecil di sudut kamar. Meja itu tingginya hanya sedengkul orang dewasa. Badannya terlentang diatas meja kecil yang panjangnya hampir pas dengan panjang tubuh atasnya. Dengan posisi itu tempik Ida terlihat mengaga meminta untuk ditusuk aku segera menubruknya. Langsung kumasukkan kontolku yang masih tegang minta dipijat. Kutusuk tempik ida dengan hati-hati langsung ku goyangkan bokongku maju mundur. Ida merem-melek merasakan keperkasaanku.
“uh... cepat sayangg....” pintanya. Akupun semakin liar. Kepalanya mengeleng-geleng tak tentu arah. Susu kecilnya terguncang-guncang dengan indahnya. Aku segera meraihnya dan kuremas dengan gemas. Nafsuku semakin meningkat sampai.
“Ahhhh aku tak tahan lagi Ida.....” bisikku hampir tak terdengar
“yaa.. sayanggg”
“Aku tak tahan.... oohhhh mauuu kkeluarrr....”
“Sebentar..” Ida memegang pinggangku. Dan mendorongnya. Aku protes tapi tak dihiraukannya. Kontolku berdenyut-denyut keluar dari lubang sempitnya.
“Sayannnggg....” aku merengek
“Sebentar.. aku masih ingin dapet” jawabnya
Ida membalikkan tubuhnya. Posisinya yang tadinya terlentang diatas meja kini menjadi tengkurap.
“Ayuh.. sayang masukkan lagi”
“Oh .. Aduh! pelan dong” dia memprotes ketidaksabaranku.
“Ohh...sakit sayangg” aku tak peduli
“Uaahhhhh.....” Kontolku melesak ke dalam tempiknya yang terasa semakin sempit dengan posisi itu.
“Cepat kocok lagi” pintanya
Rupanya tangannya memainkan kelentitnya sendiri sambil tempiknya ku tancap dari belakang.
“uhh..Uhhh.ahhh” aku meracau
“Heg... heh... heg.. hengg” kami seperti berdialog setiap kali kudorong kontolku melesak ke dalam tempiknya. Ujung kontolku dapat merasakan pintu peranakannya. Setiap kali mulut peranakan itu tersentuh ujung kontolku Ida meracau tak tentu.
5 menit berlalu dan.
“Masssshhhhhh aduuuuhhhhhh”
“Hemmmrrrkkk...”
“cepat masshhhh....hhhsssttt
“Hoooohhhh......”
“barengan yaa....”
“Tahan sebentar.....”
“Oh..oh cepat..cepat”
Aku semakin liar mengocok tempiknya. Tangannya tak lagi memengang itilnya tapi.
“massss...... hiiiiikkk.....heeeggg..... ssampppaiiii... masssss.....”
“Ohhhhh......”
“Jangan ditarik massss.....”
“Tancap lagi OOOhhhhhh.....”
ontolku kudorong melesak masuk tempiknya sementara Ida mendorong bokongnya ke belakang. Ujung kontolku benar-benar menyentuh jalan lahirnya. Aku memeluknya erat dari belakang sementara tangan kiriku meremas kuat susu kirinya. Satu menit kemundian aku lemas diatas tubuhnya yang masih tengkurap. Kontolku menyemburkan seluruh sisa maniku malam itu ke lubang tempiknya. Kuciumi leher jenjang putihnya. Banyak bekas cupang di seantero leher dan dadanya. Ayam jantan telah berkokok aku harus bersiap masuk kerja, meskipun badanku terasa lunglai.

***
Seminggu sudah Ida didalam kamarku tanpa keluar. Memenuhi kebutuhanku jasmani dan rohani. Memasak sayuran yang aku belanjakan setiap sore. Bergumul dengan berbagai posisi. Sampai minggu pagi.
“Mas aku pengin pulang lebaran tinggal beberapa hari lagi”
“Aku antar pulang ya!”
“Tidak usah, aku tahu uangmu sudah menipis, dihemat saja sampai nanti dapet THR”
“Tapi”
“Sudah.. nggak apa-apa. Aku akan baik-baik saja”
Begitulah aku hanya mengantar sampai ke terminal Umbulharjo. Tetapi......
Setelah aku pulang lebaran Ida tak mau menemuiku. Konon ia sudah dijodohkan oleh keluarganya dengan seorang santri terkenal. Orang tuanya tahu perbuatan kami. Meskipun tidak diungkapkan karena hubungan keluarga kami tapi kemarahannya membuat Ida dipaksa segera kawin dengan pemuda itu. Sedangkan dengan aku secara adat tidak deperbolehkan karena meskipun aku lebih tua tapi orang tuanya adalah kakak dari orang tuaku. Meski hatiku terasa sakit aku tak bisa berbuat apapun aku hanya bisa memimpikkannya dan mendoakan kebahagiaanya. Sekarang aku sudah berkeluarga dan dikaruniai 2 anak. Sedangkan Ida belum mendapatkannya. Sebenarnya aku masih ingin anak yang lahir dari rahimnya. Tapi aku bisa apa! Terima Kasih Ida sayang.

No comments:

Post a Comment